DEWA DAN DEWI

 Matahari tersenyum hangat seolah-olah menyapa semua makluk penghuni bumi.Udara pagi yang segar mengelus lembut rambut cepakku.Nyanyian burung dipagi hari terdengar merdu mengikuti irama alam.Kulangkahan kakiku pelan mengikuti langkah kaki ibu.Suara ramah ibu sesekali terdengar menyapa orang-orang yang lalu lalang.Senyum  yang tak pernah lepas dari bibirnya seolah-olah menjadi semangatku untuk terus membahagiakannya.

Pagi ini untuk kesekian kalinya aku mengajak ibu jalan-jalan pagi.Ini merupakan rutinitas kami setiap akhir pekan.Biasanya kita jalan-jalan di area persawahan.Tapi entah mengapa ibu malah mengajakku jalan-jalan di alun-alun kota.Aku turuti semua kemauan ibu yang terpenting ibu bahagia.Ya....karena ibu adalah satu-satunya orang yang aku miliki saat ini.

Brukkkk "Aw...sakit...kaki Aya sakit...hu hu hu"kata suara anak kecil terjatuh sambil menangis.Anak kecil tersebut tak sengaja menabrak Ibu.Aku dan ibu segera menolong nya bahkan ibu langsung menggendongnya.

"Cup...cup...diam ya cantik...mana yang sakit biar nenek lihat".Kata ibu dengan suara lembutnya sambil mengelus elus kaki anak tersebut yang tak seberapa lukanya.

"Ini...ini yang sakit" kata anak tersebut sambil masih terisak isak dan menunjuk kakinya yang sakit.

Sementara dari kejauhan tampak laki-laki dan perempuan berlari memanggil nama anak kecil tersebut."Naya...naya"kata mereka sambil mendekati kami.

Dengan nafas yang masih ngos-ngosan mereka mendekati kami.

"Aduh maaf ya Bu...anak kami sudah menabrak Ibu,jadi merepotkan Ibu"kata perempuan tadi sambil mengulurkan tangan untuk gantian mengendong anak kecil tersebut.

"Ah...tidak apa-apa namanya juga anak kecil.lain kali lebih hati-hati ya cantik"kata ibu sambil mengelus kepala anak tersebut.

"Iya Nenek...maapin Aya ya..." kata anak kecil itu dengan gemas nya.

"Anak pintar...eh ngomong-ngomong rumah aya dimana...kok Nenek kayak tidak asing sama wajah Mama Aya"kata Ibu penasaran sambil terus memandangi wajah perempuan tersebut.

"Kami dari kalimantan Bu...kebetulan adik suami menikah jadi kami pulang ke kota ini."kata perempuan itu sambil tersenyum ramah.

"O...gitu..maaf sebelumnya karena wajah kamu mirip dengan anak Ibu....iya kan Wa?"kata ibu sambil bertanya ke arahku.

"Iya Bu...mirip benget dengan Dewi"kataku sambil terus memperhatikan wajahnya yang mirip denganku.

"Dewi?...namaku juga Dewi...atau jangan-jangan kamu Dewa Prihandana saudara kembarku?"kata perempuan tersebut.

"Iya aku Dewa Prihandana...apa kamu Dewi Prihandani?"kataku.

"Iya namaku Dewi Prihandani...apa ini Ibu Hapsari?dulu pernah menikah denga Bapak Prihandana"kata perempuan itu dengan menangis.

"Iya nak...aku Hapsari ibumu...ibu yang selama ini terus meridukanmu,ibu yang selama ini terus mencari keberadaanmu,ibu yang setiap hari berdoa supaya diberi umur panjang supaya bisa bertemu denganmu.Dan ini Dewa kembaranmu.Kami selama ini terus mencarimu dan teryata tuhan baru mempertemukan kita hari ini."kata ibu sambil berlari memeluk Dewi.Dan akhirnya aku ikut memeluknya sambil menangis.

"Ibu...Dewa...perkenalkan ini Pratama suamiku dan ini Naya anak kami"kata dewi sambil memperkenalkan suami dan anaknya.

"Perkenalkan....saya Pratama suami Dewi...kami tidak menyangka akhirnya bisa bertemu di tempat ini.Selama ini Dewi banyak cerita tentang kalian dan selama ini pula Dewi juga mencari keberadaan kalian dan supaya kalian bisa melepas rindu mari kita sarapan bubur di depan sana.Biar saya yang menyuap Naya sambil bermain di taman bermain.supaya kalian bisa mengobrol dan melepas rindu."kata Tama sambil berjabatan tangan.

"Iya mas Tama senang berkenalan denganmu...terima kasih atas pengertiannya"kara ku dan Ibu bersamaan.

Akhirnya kami sarapan bersama sambil melepas rindu.Kami tak menyangka teryata hari ini kita dipertemukan setelah mencari selama bertahun-tahun.Namaku Dewa... aku mempunyai saudara kembar bernama Dewi.Kami terpisah ketika kami masih berusia sekitar 7 tahun.Perceraian orang tualah yang memisahkan kami.Aku ikut Ibu sementara Dewi ikut Ayah.Sebenarnya aku malas menyebutnya Ayah karena aku sangat membencinya.Lelaki itu dengan teganya menikah lagi dengan Tante susan tanpa sepengetahuan Ibu.Dan walaupun aku masih kecil waktu itu tetapi aku ingat betul kalau Ayah sering pergi dan bergandengan tangan dengan wanita itu.Dan setelah Ayah dan Ibu berpisah Ibu mengajakku pulang ke kota ini dan kita membuka lembaran baru bersama kakek dan nenek.Dewi yang awalnya ingin ikut dengan kami tetapi dicegah oleh Ayah...Ayah sangat menyayangi Dewi.Aku ingat betul waktu itu Dewi menangis meraung-raung ingin ikut dengan kami,Dewi tak mau berpisah dengan Ibu.

Dikota ini saksi perjuagan Ibu.Ibu yang awalnya hanya membantu nenek menjahit rela ikut kursus jahit supaya bisa belajar banyak dan mengembangkan usaha jahit nenek.Ibu bekerja keras Hingga akhirnya Ibu sukses membuka lapangan pekerjaan untuk orang banyak.Sekarang Ibu sudah mempunyai usaha konveksi besar dikota ini dan mengantarkanku menjadi seorang Dokter seperti cita-cita nya.Tetapi kebahagiaana Ibu belum lengkap karena Ibu masih memikirkan nasib anak perempuanya.Setiap hari Ibu berdoa dan akhirnya baru dipertemukan hari ini.Memang naluri seorang Ibu tak pernah salah seandainya saja tadi kita jalan-jalannya ke sawah maka belum tentu bertemu.

Dewi mulai bercerita tentang kisah pilunya setelah ikut Ayah.Dewi bercerita setelah berpisah dengan Ibu dia tinggal bersama Ayah dan tante Susan.Awalnya mereka berdua sangat menyayangi Dewi tetapi setelah kelahiran Najwa anak pertama Tante Susan mereka mulai berubah.Dewi tidak lagi mendapatkan kasih sayang itu bahkan Tante Susan sering memarahi Dewi.Ketika Dewi lulus SMA dan ingin kuliah mereka bilang tidak mampu.Dan akhirnya Dewi bekerja di salon sebagai perias.Karena kerja kerasnya Dewi mampu mempunyai salon sendiri dan mandiri.Sampai akhinya Dewi dipertemukan dengan Tama dan menikah dengannya dan tinggal di kalimantan ikut Tama suaminya.Dewi sangat bahagia karena mempunyai keluarga baru yang sangat menyayanginya.

Tetapi kebahagiaan Dewi tidak berlangsung lama karena setelah 6 bulan tinggal di kalimantan Ayah sakit stroke dan hanya bisa berbaring di ranjang.Otomatis Ayah tidak bisa memberi nafkah untuk anak istrinya.Setiap bulan Dewi harus mengirim uang untuk kebutuhan Ayah.Dan itu jumlahnya tidak sedikit.Dewi sudah berusaha untuk memboyong ayah untuk ikut dengannya dan merawatnya tetapi selalu saja Tante Susan mencegahnya.Dewi tahu Dewi cuma dijadikan mesin ATM bagi Tante Susan.Dan yang lebih menyakitkan dulu Tante Susan bilang tak mampu membiayai kuliahku tapi nyatanya Najwa anaknya sekarang kuliah.Tapi mau bagaimana lagi Dewi tak bisa berbuat apa-apa.Tak henti-hentinya Dewi berdoa dan berusaha supaya bisa segera bertemu Ibu dan Dewa.

Aku geram menahan marah mendengar cerita Dewi.Aku semakin membenci lelaki dan perempuan tak tahu malu perebut suami orang itu.Rasanya memang tak pantas lelaki itu di panggil Ayah.Seandainya aku menemukan Dewi sejak dulu tentu nasibnya tidak seperti ini.

"Dewi...berikan alamat laki-laki dan perempuan tak tahu diri itu.Aku ingin sekali memaki-makinya."kataku sambil mengepal tangan.

"Sudahlah Dewa percuma...Ayah sudah meninggal satu tahun lalu...sementara perempuan itu tak tahu nasibnya bagaimana...semua nomor kontaknya aku blokir karena aku muak dan capek setiap menelfon kerjaanya hanya minta uang terus.Padahal mereka berdua bukan tanggung jawabku."kata Dewi.

"Syukurlah....memang lebih baik laki-laki itu mati saja...daripada jadi bebanmu"kataku penuh emosi.

"Istifar Nak kamu tak boleh ngomong begitu....bagaimanapun dia Ayahmu...seburuk apapun dia tetap Ayahmu...berlapang dadalah untuk memaafkanya...Ibu tidak pernah mengajari kamu untuk menaruh rasa dendam"kata Ibu bijak.

"Baiklah Bu...Dewa akan berusaha."kataku.

"Maafkan aku Bu...aku tadi tidak mengenali Ibu....aku juga tidak bisa mewujudkan harapan dan keinginan Ibu menjadi seorang Dokter seperti Dewa."kata Dewi memelas.

"Tidak apa-apa nak...Ibu sangat bangga anak Ibu jadi pengusaha sukses...yang terpenting kamu bersyukur berada di titik ini."kata Ibu sambil mengusap lembut rambut Dewi.

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi kami.Setelah bertahun tahun kita berpisah akhirnya Dewa dan Dewi bisa berkumpul lagi.Malam ini Dewi dan keluarga kecilnya menginap di rumah ini.Rumah kami jadi lebih berwarna dengan kehadiran Naya keponakan cantikku.Dewi berjanji akan menginap untuk beberapa hari.

Sebelum Dewi pulang ke Kalimantan Dewi mengajakku ziarah ke makam ayah di Surabaya.Kita pergi hanya berdua.Awalnya aku menolak tetapi setelah Ibu menasehatiku akhirnya aku luluh juga.Kini aku berdiri mematung disamping pusara orang yang bertahun-tahun aku benci.Kupandangi batu nisan yang tertulis namanya.Ada rasa campur aduk di dada,antara rasa benci,dendam dan rindu.Kulihat Dewi berdoa dengan kusyuk di pusara itu hingga akhirnya menyadarkanku untuk menghilangkan rasa dendamku dan menghadiahkan doa tulus untuk orang yang dulu ku panggil"Ayah". 


  


 Yokyakarta,02-03-2025


Penulis,Etik Noviana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA TERLARANG

SANG PETANI

AKU INGIN BERUBAH