SANG PETANI

Suara kumandang adzan subuh bergema ke seluruh penjuru desa.Itu pertanda malam telah berganti pagi. Rasanya aku enggan beranjak dari peraduan ini, tapi demi menjalankan kewajibanku kepada Sang Pencipta akhirnya aku bersegera mengambil air wudu dan segera pula bergegas melaksanakan sholat subuh.

Pagi ini aku awali hari dengan berangkat ke sawah seperti biasa ditemani bapak.Aku dan bapakku adalah seorang petani.Selain bertani kami juga beternak.Tidak hanya sapi dan kambing, kami juga beternak ayam, bebek, kelinci dan ikan.Semua kami lakukan untuk mencukupi perekonomian kami sekeluarga.    

Namaku Ndaru umur ku 20 tahun.Kata bapakku Ndaru artinya keberuntungan.Tapi semoga saja namaku sesuai dengan nasibku kedepan. Aku adalah anak paling tua dan adik perempuanku bernama Aida kami hidup di desa dan kehidupan kami sederhana.Keluarga kami terdiri dari aku,Aida serta bapak dan ibu.Selain bertani bapak ku juga membuat anyaman dari bambu, seperti membuat besek, bakul,tampah dan lain-lain.Dan ibuku berjualan sayur di pasar.

Aku sangat bangga dengan kedua orang tuaku mereka bekerja keras demi mencukupi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan kami.aku seorang mahasiswa dan Aida adikku kelas 3 SMP.Kami sedang butuh banyak biaya. tapi kami juga tak berpangku tangan melihat orang tua kami bekerja keras.Sehabis pulang kuliah aku selalu membantu bapak di sawah.Tugas utama ku merumput untuk kambing dan sapi ku. Setiap panen tiba aku selalu ikut menjadi buruh panen padi, lumayan sehari aku bisa dapat 3 karung gabah yang nantinya bisa aku giling menjadi beras, tapi semua itu hanya dapat aku lakukan ketika aku libur kuliah..

Aida adikku, dia juga tak tinggal diam membantu kami. Sehabis pulang sekolah dia membantu bapak membuat anyaman dan memberi makan ayam, bebek, kelinci dan ikan.Kami merasa tidak terbebani dengan pekerjaan ini.Kami malah merasa senang bisa membantu orang tua kami, toh bila ternak kami gemuk dan sehat kami juga yang akan merasa senang.Selain di jadikan lauk bisa juga dijual untuk keperluan sekolah dan keperluan sehari-hari.

Aku tak pernah mengeluh dengan keadaan ini.Mesti kadang-kadang ada perasaan malu,ketika teman-teman kuliah mengolok-olokku"Arang berjalan" karena badan ku hitam seperti arang.Tapi setelah aku pikir-pikir kenapa juga aku mesti malu, harusnya aku bangga bisa membantu orang tuaku dan sedikit-sedikit bisa membantu membayar uang kuliah dari hasil jerih payahku menjadi buruh panen padi. Sedangkan mereka masih meminta dari orang tuanya.Mereka masih meminta uang tidak hanya untuk kuliah tapi juga semuanya, motornya, uang sakunya dan lain-lain. Mereka tidak mau berusaha sendiri.Sedangkan aku untuk mendapatkan sebuah motor saja aku harus menjual sapi kesayanganku. Aku bukan ingin gaya seperti mereka pakai motor tapi karena benar-benar kebutuhan untuk transportasi karena jarak rumah dan kampus cukup jauh.

Orang tuaku mendidik ku menjadi anak yang sabar, berjiwa besar, pantang menyerah, serta ikhlas menerima apa yang Allah kasih,Oleh karena itu sejak kecil aku tak pernah malu dengan kehidupan kami yang sederhana.Dulu ketika masih SD,aku berangkat ke sekolah tanpa alas kaki.Waktu itu bapak tak mampu membelikan sepatu.Tapi toh aku tetap ke sekolah tanpa rasa malu.Tapi memang waktu itu tidak hanya aku yang bersekolah tanpa sepatu, banyak teman-temanku yang nasibnya sama seperti ku dan untungnya pihak sekolah memaklumi.

Aku masih ingat juga ketika SMP teman-temanku mulai memakai sepeda untuk berangkat sekolah, karena memang jarak sekolahan cukup jauh.Aku yang tak memiliki sepeda sendiri harus jalan kaki ketika ke sekolah, dan bisa di bayangkan aku sering datang terlambat.Lama-kelamaan bapak kasihan kepadaku.Akhirnya bapak menjual kambing dan membelikan sepeda.Sebenarnya kambing itu tabungan untuk biaya masuk SMA.

Aku tak pernah lupa kenangan waktu kecil, karena dari situlah aku bisa bercermin dan aku tak akan melupakan jasa kedua orang tuaku yang telah berkorban banyak demi aku dan adikku.Aku bahkan tak pernah malu menjadi petani dan mempunyai orang tua seorang petani. Aku justru merasa bangga karena kalau tak ada kami dan petani-petani lainnya mungkin semua orang akan kelaparan karena tak ada yang menanam padi, secara tidak langsung kami juga termasuk pahlawan.

Bapak dan ibu juga pahlawan bagi kami anak-anaknya.Karena perjuangan beliaulah aku bisa memperoleh pendidikan yang layak. Bapak dan ibuku menginginkan kelak kehidupan anak-anaknya jauh lebih baik dari kehidupannya sekarang.Meskipun bapak dan ibuku hanya tamatan SD tapi beliau ingin anak-anaknya bersekolah setinggi-tingginya sampai mencapai gelar sarjana.Mereka ingin anak-anaknya mempunyai masa depan yang cerah.

Aku harus mewujudkan cita-cita beliau dengan cara rajin belajar,supaya cita-cita ku menjadi sarjana pertanian terwujud. Aku ingin membangun desaku.Aku ingin kehidupan perekonomian para petani di Desaku jauh lebih baik dan jauh lebih sejahtera.




                                                                                      Yogyakarta, 12 April 2013



                                                                                          Penulis: Etik Noviana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA TERLARANG

AKU INGIN BERUBAH