SI KEMBAR

Aku terlahir tak sendiri.Aku mempunyai saudara kembar. Kami diciptakan nyaris serupa dan sama, baik dari segi wajah maupun perawakan.Orang lain mungkin susah untuk membedakan kami, karena sejak kecil mama selalu mendandani kami dengan pakaian dan perhiasan yang sama.Yang membedakan hanyalah sifat dan karakter kami.Kata mama aku orangnya penakut, gampang terenyuh, suka mengalah tapi cengeng.Sedangkan saudara kembarku orangnya pemberani, cuek, suka berbagi tapi pendendam.

Namaku Nabila dan saudara kembar ku bernama Nadia.Kami berumur 19 tahun dan kami kuliah di universitas yang sama dan jurusan yang sama.Mempunyai saudara kembar harusnya selalu kompak dan saling mendukung tapi tidak dengan kami.Jangankan kompak ,saling sapa saja kami tak pernah. Padahal kami tinggal satu rumah, kami memang tak pernah akur, kami tak pernah bicara satu sama lain.Ketika kami berpapasan kami selalu membuang muka.

Sudah dari dulu kami seperti itu,sudah sejak masa kanak-kanak.Semua berawal dari hal yang sepele. Aku ingat betul waktu itu papa membelikan kami 2 ekor anak kelinci, yang warna bulunya sama persis. Kelinci itu satu buat aku dan satunya lagi buat Nadia.Kami sangat senang sekali karena anak kelinci itu sangat lucu. Setiap hari kami selalu bermain bersama anak kelinci itu.Namun tiba pada suatu hari anak kelinci milikku mati. Aku tak tau apa penyebabnya dan aku sangat sedih atas kejadian itu, setiap hari aku menangis. Mama berusaha mencarikan anak kelinci yang sama persis tapi tak pernah mendapatkannya. Untung Nadia mau berbagi, dia sering meminjamkan anak kelinci yang dia punya padaku. Aku sangat senang dan berterima kasih kepada Nadia. Kami sering bermain bersama-sama hingga anak kelinci itu tumbuh besar. kami semakin menyayangi kelinci itu.Hingga pada suatu hari aku mengajak kelinci Nadia bermain ke taman,kelinci itu tertabrak mobil yang lewat disekitar taman, darah kelinci itu berceceran dimana-mana. Aku sangat terkejut dan juga sedih, aku bawa pulang kelinci itu sambil menangis.Sesampainya dirumah, Nadia terkejut dan langsung marah padaku sambil menangis. Aku berusaha meminta maaf tapi Nadia tak pernah mau memaafkan ku.

Sejak kejadian itu,dia tak pernah mau bicara kepada ku. Aku sudah berulang kali meminta maaf dan berusaha mengajaknya bicara.Tapi Nadia tetap saja tak mau. Mama dan papa juga berusaha membujuk Nadia untuk memaafkan ku.Tapi Nadia masih saja membenci diriku.Karena sudah terlalu sering meminta maaf dan terlalu lama mengajaknya bicara tetapi tak pernah dijawab akhirnya aku bosan juga bila harus terus-terusan mengemis maaf dari Nadia,sampai akhirnya aku juga ikut-ikutan tak mau bicara dengannya.Kami berdua perang dingin. Kami berkomunikasi tidak lewat mulut, melainkan lewat secarik kertas, kami saling menulis pesan lewat kertas itu, tak heran banyak kertas berserakan di rumah kami. Papa dan mama sampai pusing melihat kelakuan kami.Sudah banyak cara yang mereka tempuh untuk mengakurkan kami tapi tak pernah berhasil.Bahkan perang dingin itu berlangsung sampai sekarang ketika umur kami 19 tahun.Dan sekarang kami berkomunikasi tidak lewat secarik kertas lagi melainkan lewat handphone.

Kadang-kadang aku merasa jenuh dan bosan juga setiap hari harus dihantui rasa benci.Mau sampai kapan kami begini, tapi setiap kali aku mau memulai berdamai dengan Nadia, Nadia malah buang muka. Lama-lama aku gengsi juga kalau harus terus-terusan memulai berdamai dengannya.Bisa-bisa Nadia tambah besar kepala.Sebenarnya aku kasihan juga sama mama dan papa yang tak henti-hentinya menasehati kami dan berusaha mengakurkan kami kembali, tapi tak pernah berhasil. Jujur aku capek juga dengan keadaan yang seperti ini.Sebenarnya aku juga ingin kompak dan akur dengan saudaraku sendiri.Terkadang aku juga iri melihat orang lain bisa kompak dengan adik atau kakaknya.Sedangkan aku dengan kembaranku sendiri tak bisa akur.

Hari ini adalah hari yang spesial buat mama dan papa karena hari ini hari ulang tahun pernikahan mereka. Mama berencana merayakannya dengan makan malam bersama di sebuah restoran dan mama menyuruh ku memanggil Nadia.Seperti biasa aku mengirim pesan lewat handphone.Tapi sudah hampir 10 menit Nadia tak muncul juga.Karena tak sabar akhirnya mama masuk ke kamar Nadia.Dan betapa terkejut mama melihat Nadia pingsan dilantai.Mama berteriak histeris dan kami semua panik.Sampai akhirnya tanpa berpikir panjang kami membawa Nadia kerumah sakit.

Aku tak tega melihat Nadia terbaring lemah.Tak terasa air mataku menetes membasahi pipi,Walaupun ada rasa benci dihati tapi rasa cinta telah mengalahkan segalanya. Ku genggam tangan Nadia.Sudah hampir 1 jam, Nadia tak kunjung sadar.Kami semakin panik, tapi untung saja tak beberapa lama Nadia sadar juga. Kami semua lega dan dokter mulai memeriksa Nadia dan mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya dirasakan Nadia.

Bagaikan petir di siang hari, kami semua kaget begitu mendengar dari dokter bahwa Nadia sakit ginjal. Kami semua menangis serasa tak percaya dengan hasil pemeriksaan itu. Dan yang lebih membuat kami semakin sedih adalah Nadia harus segera di operasi karena penyakitnya sudah parah.Dokter menyarankan bahwa operasi harus dilakukan secepatnya.Kami harus mencari donor ginjal yang sama dengan ginjal Nadia.

Aku langsung bersedia mendonorkan ginjalku untuknya. Aku yakin ginjal ku cocok karena kita saudara kembar. Aku juga tak peduli Nadia setuju atau tidak, yang aku pedulikan kesembuhan dan keselamatan Nadia. Aku benar-benar tak mau kehilangan Nadia.Walaupun dia membenci ku tapi aku tetap menyayangi Nadia.

Hari ini adalah hari yang menegangkan buat kami.Dimana aku memberikan satu ginjal ku untuk Nadia. Kami saling berpegangan tangan ketika masuk ruang operasi.Papa dan mama tampak tegang dan cemas. Di ruang operasi kami saling meminta maaf dan saling menangis.Kami juga berdoa untuk keselamatan dan kesembuhan kami berdua.Kami masih ingin hidup dan ingin menikmati masa-masa kebersamaan yang telah kami sia-siakan.Sampai akhirnya obat bius itu mulai bereaksi di tubuhku dan aku tak ingat apa-apa lagi.

Aku mencoba membuka mataku.Sayup-sayup aku mendengar Nadia memanggil namaku.Tak beberapa lama aku juga mendengar suara mama dan papa yang berusaha membangunkan ku. Aku mulai sadar dan mengenali orang-orang disekitarku.Aku bersyukur karena kami berdua selamat dan operasi berjalan lancar dan berhasil pula.

Sudah sepekan kami di rumah sakit dan hari ini waktunya kami pulang.Ada perasaan tak sabar ingin tidur sekamar dengan Nadia. Kami tak akan menyia-nyiakan kesempatan lagi. Kami telah akur kembali. Nadia sangat perhatian kepadaku.aku tak boleh terlalu capek karena hidup dengan satu ginjal.Senang rasanya bisa kompak dengan saudara kembar ku.Tak hanya aku dan Nadia yang senang, tapi juga ke dua orang tua kami. Tuhan memang selalu punya rencana untuk mendamaikan umatnya dan dengan jalan ini akhirnya aku dan Nadia bisa baikan lagi. Aku tak pernah menyesal walaupun selamanya hidup dengan satu ginjal, karena satu ginjal ku ada di kembaranku.




                                                                                 Yogyakarta, 16 April 2013



                                                                                     Penulis: Etik Noviana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA TERLARANG

SANG PETANI

AKU INGIN BERUBAH