KARUNIA
Matahari mulai bersinar terang.Sinar yang kuning keemasan memancar dari atas cakrawala.Pancaran sinar yang hangat merasuk ke tubuhku yang terasa dingin.Entah mengapa pagi ini udara begitu dingin, tidak seperti hari-hari sebelumnya, padahal semalam tidak turun hujan.
Ku langkahkan kakiku pelan menyusuri jalan trotoar ini.Sesekali mataku mengawasi setiap jengkal jalanan ini,siapa tau ada barang yang bisa aku ambil dan aku jual nantinya. Ya...perkerjaanku memang mencar botol bekas dan apa saja yang bisa dijual.Bekerja seperti ini bukanlah cita-cita ku.Ini adalah jalan yang harus ku tempuh demi membantu kedua orang tuaku dan aku tak pernah merasa malu karena ini adalah pekerjaan yang halal bagiku.Penghasilanku memang tak seberapa tetapi hasil dari pekerjaan tersebut bisa sedikit meringankan beban kedua orang tuaku.
Namaku Maulana.Aku anak paling tua.Aku dan kedua adikku masih butuh banyak biaya.Sedangkan bapakku hanya seorang kuli panggul di pasar dan ibuku seorang buruh cuci. Aku tak tega melihat mereka banting tulang demi menghidupi dan menyekolahkan kami.Kami hidup serba kekurangan tapi kami tak mau menyerah.Buktinya aku masih bisa kuliah walaupun biayanya sangat besar dan aku sangat bersyukur karena aku mendapatkan beasiswa itu.
Mumpung masih pagi aku harus buru-buru menuju komplek perumahan.Aku sudah punya janji dengan Asih temanku untuk membeli barang rongsok darinya.Aku memang sering membeli barang-barang rongsok dan aku jual lagi ke pengepul.Asih sering mengumpulkan plastik-plastik bekas terutama plastik bekas detergen dan pewangi pakain.Plastik itu nantinya aku sulap menjadi barang yang mempunyai nilai jual seperti:tas, bingkai foto, bunga dan lain-lain. Plastik yang tadinya hanya sampah dengan sedikit kreatifitas dapat menghasilkan rupiah.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit akhirnya sampai juga di rumah majikan Asih. Ya... Asih memang seorang Asisten rumah tangga tetapi dia sudah dianggap saudara oleh yang punya rumah.Da juga tinggal dirumah ini dengan suami dan dua orang anaknya.Majikan Asih jarang berada dirumah ini karena rumahnya banyak,beliau orang kaya dan terpandang di kota ini.Tetapi aku belum pernah melihatnya.
Aku masih berdiri di depan rumah majikan Asih.Aku juga sedikit heran mengapa pagi ini rumah ini sepi.Biasanya setiap pagi Asih selalu sibuk menyapu halaman. Aku langsung menuju pintu belakang. Baru mau mengetuk pintu, aku mencium bau gas dari arah dapur dan tak beberapa lama aku mendengar suara orang minta tolong.Tampaknya suara itu berasal dari arah ruang tamu. Aku segera berlari kedepan untuk menolong, setelah sampai di ruang depan aku bingung karena pintunya terkunci. Aku berusaha mendobrak pintu tapi pintunya terlalu kuat hingga aku tak berhasil mendobraknya.Tanpa berpikir panjang aku langsung mengambil pot bunga dan aku pecahkan kaca jendela supaya bisa segera menolong orang yang ada didalam rumah.
Begitu masuk kedalam rumah,aku langsung disambut dengan bau gas yang menyengat dihidung.Dan didepan pintu kamar,aku melihat seorang laki-laki tergeletak hampir pingsan karena terlalu banyak menghirup gas.Dengan terburu-buru aku langsung menolong bapak itu keluar rumah lewat jendela tadi karena ternyata pintunya dikunci dari luar.Sesampainya diluar aku langsung berteriak-teriak minta tolong untuk mencari bantuan.Tidak beberapa lama para tetangga datang.Aku langsung meminta salah satu dari mereka mencarikan mobil untuk membawa bapak ini kerumah sakit. Untung mobil segera datang dan kami langsung membawa bapak tadi kerumah sakit dan tetangga yang lain langsung masuk kedalam rumah untuk memastikan apakah masih ada korban yang lainnya.
Alhamdulillah bapak tadi sudah lebih baik kondisinya karena sudah ditangani dokter dan kami berkenalan.Rupanya bapak tadi adalah Pak Hartawan majikan Asih.Baru pertama kali aku melihat beliau.Teryata beliau orangnya ramah dan murah senyum.Pak Hartawan mulai bercerita, beliau baru datang dari Jakarta tadi malam jam 12 malam.Karena terlalu capek, beliau langsung tertidur pulas dan terbangun ketika ada bau gas yang menyengat.Beliau heran kenapa rumah sepi dan dikunci dari luar, beliau tidak tau Asih dan keluarganya kemana.
Aku yang menemani Pak Hartawan sebelum keluarganya datang.Pak Hartawan mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan nyawannya.Kami saling bertukar cerita tentang pengalaman hidup masing-masing.Nampaknya Pak Hartawan sangat mengagumi perjuangan hidupku dan aku banyak belajar darinya.Jam 8 malam Asih datang kerumah sakit untuk menjenguk Pak Hartawan,.Asih meminta maaf sambil menangis, karena tadi pagi Asih meninggalkan Pak Hartawan dan menguncinya dari luar. Asih tidak pamit karena tidak berani membangunkan Pak Hartawan yang sedang tertidur pulas,Selain itu Asih juga panik dan terburu-buru kerumah sakit setelah mendengar kalau suami dan kedua anaknya kecelakaan.Mendengar penjelasan Asih, Pak Hartawan tidak jadi marah dan bersedia memaafkan Asih.
Sudah dua hari aku menunggu Pak Hartawan karena keluarganya tak ada yang datang.Mereka semua sedang berada diluar negeri.Sedangkan Asih tidak mungkin menunggu karena harus menunggui anak dan suaminya.Untunglah sore ini Pak Hartawan sudah boleh dibawa pulang,aku pun turut senang mendengarnya.Walaupun sudah boleh dibawa pulang aku masih menemani beliau dirumah karena tidak tega meninggalkan beliau sendirian di rumah sebesar itu.Aku merawat Pak Hartawan sampai benar-benar sembuh.
Malam yang dingin. Aku masih menyortir plastik di depan rumah, tanpa aku duga pak Hartawan datang di antar Asih, beliau ingin berpamitan pulang ke Jakarta dan memberi ku uang satu amplop besar.Uang itu sebagai tanda ucapan terima kasih dari beliau.Aku menolaknya.Aku ikhlas membantu pak Hartawan tanpa meminta imbalan sepeser pun.Walaupun pak Hartawan memaksa aku tetap tidak mau menerimanya.Akhirnya pak Hartawan memeluk dan mengangkat ku sebagai anak asuhnya dan akan membiayai kuliah ku sampai aku lulus nanti.Beliau akan memberikan uang bulanan untuk membeli semua keperluanku selama kuliah.Kali ini aku tak bisa menolak lagi karena pak Hartawan tidak akan pernah memaafkan ku kalau aku menolaknya.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.Pak Hartawan benar-benar menepati janjinya.Bulan ini beliau menyuruh Asih datang mengantar uang bulananku.Pak Hartawan juga membelikanku handphone agar lebih mudah berkomunikasi dengannya.Pak Hartawan juga berpesan beliau melarangku mencari rongsok lagi dan fokus untuk belajar.Memang aku tak mengira uang pemberiannya begitu banyak.Ini lebih dari cukup untuk kebutuhanku selama kuliah,bahkan uang ini Ini bisa untuk kebutuhan sehari-hari.Ini seperti mimpi bagiku.Tak terasa air mataku menetes.Aku tak pernah menyangka Tuhan memberikan Karunianya yang begitu besar kepadaku.
Yogyakarta, 19 April 2013
Penulis: Etik Noviana
Yogyakarta, 19 April 2013
Penulis: Etik Noviana
Komentar
Posting Komentar