SEBUAH KETAKUTAN

Hati wanita mana yang tak bahagia bila hari ini adalah hari pertunangannya. Hari ini adalah hari yang sangat aku impikan dan nanti-nantikan. Hari dimana aku dan Mas Panji akan terikat dengan sebuah cincin pertunangan. Aku sudah tak sabar menunggu Mas Panji dan keluarganya datang tapi kenapa sampai jam 2 mereka belum juga datang, padahal harusnya sesuai perkiraan mereka sampai  sekitar jam 1 siang.Ah... mungkin jalanan macet karena ini hari minggu, aku tidak boleh berprasangka buruk.

Aku semakin panik. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.Aku sudah berusaha menghubungi Mas Panji berulang kali tapi tidak ada jawaban juga.Aku kirim pesan juga tak dibalas. Aku dan keluargaku bingung sekaligus malu kepada tamu undangan. Mungkinkah Mas Panji tidak jadi datang? mungkinkah Mas Panji hanya membohongi ku?.

Tamu undangan sudah pulang semua dan aku hanya bisa menangis.Tidak hanya menangis karena Mas Panji tak jadi datang tapi juga menangis karena ayahku marah kepadaku. Wajar kalau ayah marah karena ayah merasa malu dengan tamu undangan yang rata-rata teman kantor ayah dan ibu.Ayah juga malu dengan tetangga dan semua keluarga besar kami. Acara pertunangan ini sengaja dibuat sedikit mewah karena aku anak tunggal mereka.

Aku masih termenung sendirian di teras rumah.Aku tak menyangka Mas Panji tega berbuat seperti ini.Padahal aku sangat yakin kalau Mas Panji jodohku.Kita sudah pacaran selama 5 tahun.Dari jaman SMA. Mas panji adalah cinta pertamaku.Dia kakak kelasku waktu itu.Kemana-mana kita selalu bersama dimana ada Panji di situ pasti ada Triya.Dia sangat mencintaiku.Hingga akhirnya hari ini Dia akan melamarku dan bertunangan denganku.Tapi mengapa dia tidak jadi datang hari ini? Apakah dia serius atau hanya main-main denganku? Aku tidak hanya malu tapi juga kecewa, aku juga kasihan kepada kedua orang tuaku yang harus menanggung malu karena ku.

Tiba-tiba lamunan ku buyar karena Handphone ku berbunyi.Ternyata nomor Mas Panji yang menghubungiku. Aku segera mengangkatnya dan rupanya yang berbicara bukan suara Mas Panji melainkan suara orang lain. Orang itu ternyata polisi yang mengabarkan kalau Mas Panji sekeluarga mengalami kecelakaan. Mobil yang mereka kendarai masuk jurang dan mereka semua tidak ada yang selamat. Aku berusaha untuk tenang dan menanyakan dimana jenazah para korban.Polisi itu bilang kalau jenazahnya masih berada dirumah sakit daerah.

Mendengar kabar itu aku langsung menangis. Sebenarnya ada rasa tak percaya tapi aku harus berusaha mencari kebenarannya. Ditemani ayah dan ibuku, malam ini juga aku langsung berangkat menuju rumah sakit daerah untuk memastikan semuanya. Dan sesampainya dirumah sakit itu aku langsung menangis histeris melihat jenazah Mas Panji yang terbujur kaku.Rasanya aku tak kuat dengan cobaan ini.Cobaan ini begitu berat buatku. Rasanya aku benar-benar tak sanggup kehilangan orang yang begitu aku cintai dan aku sayangi.

Setelah kepergian Mas Panji aku merasa tak mempunyai semangat hidup lagi.Separuh jiwaku telah pergi. Rasanya hari-hari yang ku lalui tak berarti lagi tanpa Mas Panji disamping ku. Pupus sudah harapan ku untuk membina rumah tangga dengannya. Sampai kapan aku terus begini? sampai kapan aku terus meratapi kepergian Mas Panji yang begitu tiba-tiba? Padahal tinggal satu langkah lagi kami akan menuju ke jenjang pernikahan. Ah... mungkin aku dan Mas Panji memang belum berjodoh. Beristirahatlah dengan tenang Mas..., aku akan selalu mendoakan mu.

Sudah setahun Mas Panji meninggalkanku.Aku belum berpikir untuk mencari pengantinya. Bukanya aku trauma tapi karena ada sesuatu hal yang membuat ku takut untuk membina hubungan baru. Banyak pemuda yang berusaha mendekati ku tapi secara halus aku tolak. Orang tuaku juga berusaha memperkenalkan ku dengan anak teman kantornya tapi aku juga menolaknya. Aku takut mereka akan kecewa dengan keadaan ku yang sebenarnya.

Malam ini ayahku benar-benar memaksa ku untuk menerima anak atasannya di kantor. Dengan halus aku menolak permintaan ayah.Ayah malah memarahi ku dan mengatakan kalau aku terus begini aku akan menjadi perawan tua, aku harus menghapus rasa trauma itu. Karena terus dipaksa akhirnya aku berbicara jujur kepada ayah bahwa selama ini aku menolak dicarikan teman hidup bukan karena trauma, tapi karena aku sudah tidak gadis lagi. Aku telah menyerahkan kehormatanku ke pada Mas Panji.Aku khilaf telah berbuat zina dan kini aku merasa takut kalau menikah nanti suamiku akan kecewa. Setelah berbicara ke pada ayah aku langsung menangis. Ayah langsung marah besar, bahkan sampai menampar pipiku. Ayah bilang aku anak bodoh karena dengan gampang menyerahkan kehormatanku tanpa berpikir panjang masih untung aku tidak hamil. Ibu berusaha menenangkan ayah  tapi aku sudah pasrah aku memang pantas untuk menerima semua ini.

Nasi sudah menjadi bubur. Kenapa dulu aku tak pernah berpikir panjang ketika melakukan sesuatu. Aku terlalu percaya kalau Mas Panji jodoh ku.Aku mendahului kehendak Tuhan. Dan sekarang aku baru menyesal ketika semuanya telah terjadi. Maafkan aku ayah-ibu, aku tak tau apakah kelak aku akan menikah atau tidak yang jelas aku masih merasa takut ketika menikah nanti. Aku takut kalau suamiku kelak mengetahui kalau aku sudah tidak gadis lagi lalu meninggalkanku. Aku juga takut untuk berbicara jujur kepada setiap lelaki yang mendekati ku. Biarlah waktu terus berjalan sampai aku benar-benar siap untuk berbicara jujur tanpa rasa takut memulai sebuah hubungan baru.




                                                                                      Yogyakarta, 21 April 2013



                                                                                          Penulis: Etik Noviana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA TERLARANG

SANG PETANI

AKU INGIN BERUBAH