ANTARA MAWAR DAN MELATI
Udara yang dingin menusuk kalbu, rintik-rintik hujan seakan menambah dingin malam ini, segelas coklat panas sedikit membuat badan aku terasa hangat. Kami bertiga berkumpul di ruang tengah aku (Intan), Mas Andang (suamiku) dan Ummi Lestari (ibu mertua aku).
Kami bertiga tinggal dirumah yang sangat besar, sepi rasanya ... sudah 7 tahun kami menikah tapi belum juga dikaruniai keturunan, sampai kapan kami harus bersabar ya ... Allah.
Kami bertiga tinggal dirumah yang sangat besar, sepi rasanya ... sudah 7 tahun kami menikah tapi belum juga dikaruniai keturunan, sampai kapan kami harus bersabar ya ... Allah.
"Apa kamu sudah berpikir masak-masak Intan ... kata Ummi mengawali pembicaraan, apa kamu sudah yakin kalau suamimu poligami, belum tentu juga suamimu itu bersikap adil bukan pahala yang suamimu dapat, melainkan dosa yang di dapat" kata Ummi kasih nasehat ku.
"Insyaallah Intan siap Ummi, aku ikhlas kalau Mas Andang menikah lagi toh bukan orang lain yang menjadi istri ke 2 nya, tidak lain dan tidak bukan Laras adik kandung aku sendiri".
"Tapi bagaimana dengan Andang, apa dia setuju menikahi adikmu kan kamu sudah berusaha membujuknya, tapi Andang tidak mau".kata Ummi sambil menoleh kepada Mas Andang.
"Insyaallah Intan siap Ummi, aku ikhlas kalau Mas Andang menikah lagi toh bukan orang lain yang menjadi istri ke 2 nya, tidak lain dan tidak bukan Laras adik kandung aku sendiri".
"Tapi bagaimana dengan Andang, apa dia setuju menikahi adikmu kan kamu sudah berusaha membujuknya, tapi Andang tidak mau".kata Ummi sambil menoleh kepada Mas Andang.
Mas Andang yang tadinya diam, akhirnya mulai berbicara
"Sebenarnya Mas masih ragu, Intan? Mas takut kalau mas tidak bisa bersikap adil, mungkinkah mawar dan melati berada dalam satu pot, mungkinkah duri mawar itu tidak akan melukai batang melati".
"Insyaallah adikku tidak seperti itu, aku hanya ingin menolongnya, dia seorang janda beranak satu dan sekaligus aku ingin Mas Andang mempunyai keturunan".
"Ya ... sudahlah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Ummi ikut saja, yang terpenting adikmu bisa jadi istri yang solehah".
"Kalau Mas Andang bagai mana? Mas ... setuju? dari segi materi Mas mampu, kita hidup tidak kekurangan".
"Baiklah, Intan ... Mas mau sholat istikharah memohon petunjuk untuk memantapkan hati".
2 bulan setelah pembicaraan itu.
Tiba hari yang aku harapkan Mas Andang dan Laras menikah, sesudah akad nikah Laras menangis di pelukan aku sambil berkata:
"Bimbing aku ya ..., mbak supaya menjadi istri dan adik yang solehah".
"Sebenarnya Mas masih ragu, Intan? Mas takut kalau mas tidak bisa bersikap adil, mungkinkah mawar dan melati berada dalam satu pot, mungkinkah duri mawar itu tidak akan melukai batang melati".
"Insyaallah adikku tidak seperti itu, aku hanya ingin menolongnya, dia seorang janda beranak satu dan sekaligus aku ingin Mas Andang mempunyai keturunan".
"Ya ... sudahlah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Ummi ikut saja, yang terpenting adikmu bisa jadi istri yang solehah".
"Kalau Mas Andang bagai mana? Mas ... setuju? dari segi materi Mas mampu, kita hidup tidak kekurangan".
"Baiklah, Intan ... Mas mau sholat istikharah memohon petunjuk untuk memantapkan hati".
2 bulan setelah pembicaraan itu.
Tiba hari yang aku harapkan Mas Andang dan Laras menikah, sesudah akad nikah Laras menangis di pelukan aku sambil berkata:
"Bimbing aku ya ..., mbak supaya menjadi istri dan adik yang solehah".
"Insyaallah, adikku" sambil ku kecup keningnya.
Hari demi hari kami lalui bersama, sepertinya keputusanku tidak salah menjadikan Laras menjadi istri kedua setelah aku. Laras juga belajar dariku, dia berusaha menjadi sosok wanita muslimah. Dia juga rajin membantu menjaga outlet roti ku, outlet yang yang aku bangun susah payah.yang dulunya dari usaha kecil-kecilan, hingga kini telah punya cabang dimana-mana. Dulu karena impian aku itulah aku jadi gagal mendidik Laras, aku terlalu sibuk hingga adikku terjerumus ke pergaulan bebas. Hingga Laras hamil, masih untung Nugraha pacarnya mau menikahinya walaupun akhirnya dicerai juga.
"Ya ... Allah, kenapa aku terus menerus meratapi masa lalu. Ampuni aku ya ... Allah yang telah gagal mendidik adikku, sebagai amanat dari kedua orangtua ku".
Bulan demi bulan kami lalui bersama, Laras pun hamil tak terasa usia kandungannya menginjak 8 bulan. Kami mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan Laras dan calon bayinya yang akan segera lahir,apa lagi aku yang terlalu bersemangat sampai pada suatu sore akupun pingsan setelah berbelanja pakaian bayi, Seisi rumah panik, dan aku segera dibawa kerumah sakit, sampai dirumah sakit dan diperiksa dokter ternyata aku positif hamil.
Hari demi hari kami lalui bersama, sepertinya keputusanku tidak salah menjadikan Laras menjadi istri kedua setelah aku. Laras juga belajar dariku, dia berusaha menjadi sosok wanita muslimah. Dia juga rajin membantu menjaga outlet roti ku, outlet yang yang aku bangun susah payah.yang dulunya dari usaha kecil-kecilan, hingga kini telah punya cabang dimana-mana. Dulu karena impian aku itulah aku jadi gagal mendidik Laras, aku terlalu sibuk hingga adikku terjerumus ke pergaulan bebas. Hingga Laras hamil, masih untung Nugraha pacarnya mau menikahinya walaupun akhirnya dicerai juga.
"Ya ... Allah, kenapa aku terus menerus meratapi masa lalu. Ampuni aku ya ... Allah yang telah gagal mendidik adikku, sebagai amanat dari kedua orangtua ku".
Bulan demi bulan kami lalui bersama, Laras pun hamil tak terasa usia kandungannya menginjak 8 bulan. Kami mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan Laras dan calon bayinya yang akan segera lahir,apa lagi aku yang terlalu bersemangat sampai pada suatu sore akupun pingsan setelah berbelanja pakaian bayi, Seisi rumah panik, dan aku segera dibawa kerumah sakit, sampai dirumah sakit dan diperiksa dokter ternyata aku positif hamil.
"Alhamdulillah ya ... Allah, terimakasih ini buah dari kesabaranku selama ini.
Ummi dan Mas Andang menangis bahagia, mendengar aku hamil dan aku pun tak sabar ingin pulang untuk memberitahu adikku tentang berita bahagia ini. Kami bertiga bergegas untuk pulang dan aku minta ke Mas Andang untuk mempercepat mobilnya, sesampainya di perempatan ..., ada apa ini kok jalannya macet, tampaknya didepan ada kecelakaan. Karena penasaran kami bertiga turun dari mobil untuk melihat korban kecelakaan itu.
"Astagfirullah ..., teriakku histeris ternyata Laras yang tergeletak sudah tak bernyawa dan darah dimana-mana. Ya ... Allah, mengapa secepat ini engkau panggil adikku dan anak yang di kandungannya".ini rasanya seperti mimpi.
Ummi dan Mas Andang menangis bahagia, mendengar aku hamil dan aku pun tak sabar ingin pulang untuk memberitahu adikku tentang berita bahagia ini. Kami bertiga bergegas untuk pulang dan aku minta ke Mas Andang untuk mempercepat mobilnya, sesampainya di perempatan ..., ada apa ini kok jalannya macet, tampaknya didepan ada kecelakaan. Karena penasaran kami bertiga turun dari mobil untuk melihat korban kecelakaan itu.
"Astagfirullah ..., teriakku histeris ternyata Laras yang tergeletak sudah tak bernyawa dan darah dimana-mana. Ya ... Allah, mengapa secepat ini engkau panggil adikku dan anak yang di kandungannya".ini rasanya seperti mimpi.
Di pusara yang masih basah
"Laras adikku mbak Intan janji akan merawat anakmu Adit, mbak akan menyayangi seperti anak mbak sendiri dan akan mendidik dia supaya menjadi anak yang soleh seperti impian mu,mungkin Allah telah memanggilmu dan anak mas Andang yang ada dirahimmu,tapi Allah maha baik karena Allah menggantinya dengan calon anak yang ada dirahimku.beristirahatlah dengan tenang adikku".
Kini sang mawar telah mati,meskipun mawar berduri tapi tak pernah melukai melati walaupun berada dalam satu pot sekalipun.
"Selamat jalan adikku sayang, semoga kamu tenang di sisinya".
Kini sang mawar telah mati,meskipun mawar berduri tapi tak pernah melukai melati walaupun berada dalam satu pot sekalipun.
"Selamat jalan adikku sayang, semoga kamu tenang di sisinya".
Yogyakarta, 26 Februari 2013
penulis: Etik Noviana
penulis: Etik Noviana
Komentar
Posting Komentar