ALUNA
Angin sawah mengibaskan rambutnya yang se-bahu, tangan kecilnya memegang rumput gajah yang menjulang tinggi, kakinya yang kecil berpijak diatas lumpur, bibirnya tersenyum simpul memandang anak kecil sebayanya yang berlarian mengejar layang-layang putus, dialah "ALUNA" si pemilik tubuh mungil itu. Gadis berusia 10 tahun itu, sudah seminggu tinggal di kampung kecil kawasan Yogyakarta. Gadis yang harus ikut Mak Kasti pengasuhnya yang tinggal di kampung, tak ada pilihan lain bagi Luna (begitu ia disapa), selain ikut Mak Kasti yang telah mengasuhnya sejak bayi. Luna telah menganggap Mak Kasti seperti ibunya sendiri, orangtuanya sendiri sedang mengalami masalah yang pelik,Mamanya yang seorang pejabat tinggi harus mendekam di penjara karena masalah korupsi yang dituduhkan kepadanya.Papanya yang seorang pengusaha kaya lebih mementingkan pekerjaan dan tante Lisa nya.
Ya ... Luna yang seorang anak tunggal lebih memilih ikut Mak Kasti, karena di Jakarta ia tak tahan dengan sindiran dan ejekan tetangga serta teman-temanya yang selalu mengolok-olok nya dengan kalimat anak maling uang rakyat. Padahal Luna sendiri tak pernah tahu apa kata-kata itu, yang Luna tahu mamanya sedang "sekolah", ya ... sekolah (begitu yang Mak Kasti katakan, ketika Luna menangis menanyakan mamanya).Papa Luna yang sangat terpukul dengan kasus istrinya menjadi sosok lelaki yang sangat rapuh, tanpa berpikir panjang ia lebih memilih menikahi tante Lisa teman arisan mama Luna sebagai pengganti mama Luna. Tapi bagi Luna,mamanya tak tergantikan, tante Lisa tak pernah tulus menyayangi Luna ia hanya menyayangi papa Luna, setiap Luna mengadu ke papanya selalu saja tak digubris, karena terlalu menyayangi tante Lisa, hanya kepada Mak Kasti lah tempat ia mengadu.
Hingga tepat waktunya Mak Kasti terpaksa harus berhenti kerja karena harus merawat suaminya yang sering kali sakit di kampung, Luna tak mau ditinggal ia merengek ingin ikut Mak Kasti, pada awalnya papa Luna melarangnya, karena rayuan tante Lisa (yang kelihatan senang kalau Luna tidak bersamanya). Akhirnya papa Luna juga mengijinkannya,papa Luna berjanji akan menengok Luna 3 bulan sekali dan akan mengirim uang untuk kebutuhan Luna setiap bulannya.
Dikampung Mak Kasti merawat suaminya yang sakit dengan penuh rasa sabar,sampai suaminya meninggal dunia,Mak Kasti sangat sedih. Tapi kesedihan itu tak berlarut-larut, ia tak ingin menambah kesedihan/beban Luna, Mak Kasti menyayangi Luna seperti menyayangi Sri anak kandungnya sendiri. Luna telah berubah, ia tidak lagi jadi anak manja, ia juga mandiri dan rajin membantu Mak Kasti dan Sri berjualan makanan didepan sekolah.
Yogyakarta, 23 Februari 2013
penulis: Etik Noviana
Ya ... Luna yang seorang anak tunggal lebih memilih ikut Mak Kasti, karena di Jakarta ia tak tahan dengan sindiran dan ejekan tetangga serta teman-temanya yang selalu mengolok-olok nya dengan kalimat anak maling uang rakyat. Padahal Luna sendiri tak pernah tahu apa kata-kata itu, yang Luna tahu mamanya sedang "sekolah", ya ... sekolah (begitu yang Mak Kasti katakan, ketika Luna menangis menanyakan mamanya).Papa Luna yang sangat terpukul dengan kasus istrinya menjadi sosok lelaki yang sangat rapuh, tanpa berpikir panjang ia lebih memilih menikahi tante Lisa teman arisan mama Luna sebagai pengganti mama Luna. Tapi bagi Luna,mamanya tak tergantikan, tante Lisa tak pernah tulus menyayangi Luna ia hanya menyayangi papa Luna, setiap Luna mengadu ke papanya selalu saja tak digubris, karena terlalu menyayangi tante Lisa, hanya kepada Mak Kasti lah tempat ia mengadu.
Hingga tepat waktunya Mak Kasti terpaksa harus berhenti kerja karena harus merawat suaminya yang sering kali sakit di kampung, Luna tak mau ditinggal ia merengek ingin ikut Mak Kasti, pada awalnya papa Luna melarangnya, karena rayuan tante Lisa (yang kelihatan senang kalau Luna tidak bersamanya). Akhirnya papa Luna juga mengijinkannya,papa Luna berjanji akan menengok Luna 3 bulan sekali dan akan mengirim uang untuk kebutuhan Luna setiap bulannya.
Dikampung Mak Kasti merawat suaminya yang sakit dengan penuh rasa sabar,sampai suaminya meninggal dunia,Mak Kasti sangat sedih. Tapi kesedihan itu tak berlarut-larut, ia tak ingin menambah kesedihan/beban Luna, Mak Kasti menyayangi Luna seperti menyayangi Sri anak kandungnya sendiri. Luna telah berubah, ia tidak lagi jadi anak manja, ia juga mandiri dan rajin membantu Mak Kasti dan Sri berjualan makanan didepan sekolah.
Seiring berjalanya waktu Luna telah terbiasa hidup didesa,ia tidak lagi peduli papanya menanyakan kabarnya atau tidak,ia bahkan tak perduli papanya menjeguknya atau tidak,Luna telah menjelma menjadi anak desa yang riang gembira bermain kesana kemari bersama Sri.walaupn Luna tidak mendapatkan kasih sayang mamanya tapi Mak Kasti yang selalu memberi kasih sayang layaknya kedua orang tua Luna.
Yogyakarta, 23 Februari 2013
penulis: Etik Noviana
Komentar
Posting Komentar