BIDADARI KECIL


        Azan subuh baru saja berkumandang.Aku buru-buru keluar kamar menuju kamar Angga putra semata wayangku.Kukecup lembut keningnya dan membangunkannya untuk sholat subuh berjamaah di masjid.Dengan langkah gontai dia mencoba melawan rasa kantuknya.Aku menemaninya sampai ke teras karena di sana Mas Dani suamiku sudah menunggu.

 Baru saja berbalik badan untuk menutup pintu tiba-tiba Bu Lilis tetangga samping rumah datang.

"Assalamualaikum Bu Andin maaf pagi-pagi sudah ngerepotin"kata Bu Lilis sambil mengendong Nania cucunya yang masih tertidur".
  
"Waalaikumsalam Bu Lilis,silahkan masuk,sini-sini bu tidurkan dulu Nia dikamar,biar lebih nyaman,saya tinggal sholat subuh sebentar ya Bu"kataku.

"Baik Bu silahkan"kata Bu Lilis sambil meletakkan Nia diatas tempat tidur.

Setelah melaksanakan sholat, aku menuju kamar dan mengobrol sebentar dengan Bu Lilis.

"Ini beneran nia ngak diajak ngantar Ibunya ke bandara Bu?nanti kalau nia rewel nanyain ibunya gimana?"kataku.

"Iya beneran,nanti kalau diajak malah rewel pingin ikut Ibunya.Lagipula Ibunya nanti jadi ngak tega ninggalin anaknya.Dari kemarin aja Ibunya sudah nangis terus"kata Bu Lilis dengan mata yang berkaca-kaca.

"O ya sudah ngak papa Bu...biar Nia di sini saja,semoga saja ngak rewel nanyain Ibunya.Titip salam ya Bu buat Lina,semoga perjalananya lancar selamat sampai tujuan dan semoga Lina betah di sana."Kataku.

"Ya Bu Andin terimakasih,titip Nia ya Bu"kata Bu Lilis.

"Baik bu,hati-hati di jalan."kataku.

Setelah mengantar Bu Lilis ke depan,aku langsung masuk kamar dan merebahkan diri di samping Nia sambil mengelus lembut rambut keritingnya.Tak terasa butir-butir bening menetes dari sudut mataku.Nia anak kecil yang bahkan belum genap berusia 3 tahun harus berpisah dengan Ibunya.Ibu yang selama ini berjuang sendirian membesarkannya.Ya...Lina Ibunya Nia harus bekerja ke luar negeri demi menghidupi anaknya dan Bu Lilis Ibunya.Semenjak bercerai satu tahun yang lalu mantan suami Lina sama sekali tidak pernah memberikan nafkah untuk Nia.Jangankan memberi nafkah, menanyakan kabar pun tidak.Padahal tempat tinggal Andi Ayah Nia tidak jauh cuma beda desa saja.

Andi memang lelaki yang tidak bertanggung jawab.Dulu semasa mereka bersama Lina lah yang bekerja keras mencari nafkah,Dia kerja di pabrik dan harus bolak-balik untuk menitipkan Nia di tempat Bu Lilis Ibunya.Sedangkan Andi lelaki yang tidak mempunyai pekerjaan tetap yang hanya suka memancing dan keluyuran ngak jelas.Awalnya Lina menerima Andi apa adanya,tapi setelah Andi main gila dengan janda kaya raya akhirnya Lina memilih berpisah.Setelah berpisah Andi langsung menikahi janda itu.

Di rumah Bu Lilislah akhirnya Lina dan Nia tinggal setelah bercerai.Bu Lilis yang seorang janda dan tinggal sendirian akhirnya tidak kesepian lagi semenjak ada mereka.Dan di rumah inilah Nia sering dititipkan dan bermain bersama kami.Aku dan Mas Dani sudah menganggap Nia seperti anak kandung kami.Kami tidak membedakan antara Angga dan Nia.Kami tulus menyayanginya.Apalagi sudah lama kami menantikan kehadiran anak perempuan di rumah kami.Angga juga sudah menganggap Nia seperti adik kandungnya.

Nia anak yang cantik dengan mata beningnya serta bibir mungilnya yang selalu berceloteh tentang segala hal yang membuat kami tertawa.Rumah ini jadi semakin meriah semenjak ada dia.Dia bagaikan bidadari kecil kami.Dia juga anak yang pintar dan sangat cerewet menanyakan segala hal.Aku juga tidak merasakan kesepian lagi ketika ditinggal Mas Dani kerja dan Angga sekolah.Bila sehari dia tak datang sepi rasanya.Salah satu dari kami pasti akan mencari dan menjemputnya.

Bu Lilis dan Lina juga tidak keberatan bila kami sering menjemput Nia dan mengajaknya menginap.Bu Lilis percaya kepada kami,bahkan sangat berterima kasih karena telah membantu mengasuh Nia karena Bu Lilis juga bekerja menjaga warung kecil di depan rumahnya.

Waktu berjalan begitu cepat tak terasa enam bulan sudah Nia ditinggal Ibunya ke luar negeri.Awalnya dia sering menangis dan rewel.Tapi lama kelamaan dia sudah terbiasa dan tidak rewel lagi.Ibunya juga sering telepon.Semenjak ditinggal bekerja jauh, Nia semakin sering tidur di rumah kami.Kami benar-benar senang dan bahagia.

Hari ini seperti biasa Nia diantar ke rumah oleh neneknya.Pagi-pagi sekali Bu Lilis menitipkan Nia karena mau ditinggal ke pasar untuk belanja kebutuhan warung.Dan seperti biasa pula Bu Lilis berangkat ke pasar dengan ojek langganannya.Sebelum berangkat Bu Lilis pamitan ke cucunya.Tapi tumben hari ini Nia menangis dan rewel ingin ikut neneknya.Aku berusaha membujuknya tapi anak yang biasanya baik dan penurut ini malah semakin kencang nangisnya.Dia berhenti menangis ketika neneknya berjanji akan membawakan oleh-oleh donat coklat kesukaannya.

Dua jam telah berlalu.Tapi Bu Lilis belum juga pulang.Nia sudah menanyakan donat coklatnya.Aku berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mengajaknya bermain di teras depan.Untungnya anak itu anak yang penurut,dia mau diajak main di teras.Belum sampai teras tiba-tiba ada telefon masuk.Teryata telefon dari Bu RT.Beliau mengabarkan kalau Bu Lilis mengalami kecelakaan dan cidera kepala.Aku benar-benar kaget tak percaya.Dengan badan yang gemetar aku mengajak Bu Imas tetangga sebelah untuk datang ke lokasi kecelakaan.

Sebelum ke lokasi aku menitipkan Nia ke Angga.Dengan dibujuk untuk beli Es krim anak itu menuruti perkataan Angga.Dengan badan yang masih gemetar dan deg-degan kami menuju lokasi.Dan benar saja sesampainya di lokasi,tubuh Bu Lilis sudah terbujur kaku dan dinyatakan meninggal dunia.Aku menangis histeris tak percaya.Tangisku semakin kencang setelah melihat donat-donat coklat untuk Nia berhamburan dan bercampur darah di sekitar tubuh Bu Lilis.Seketika langsung aku teringat wajah polos Nia yang sedang menunggu donat itu.Terbesit sebuah pertanyaan di hati Apakah Nia tadi rewel karena sebuah firasat?Nia tau kalau akan ditinggal neneknya untuk selamanya.Seandainya tadi Nia ikut aku tidak bisa membayangkan pasti Dia menjadi salah satu korban.

Jenazah Bu Lilis telah tiba di rumah duka.Nia terus menangis meraung raung berusaha membangunkan neneknya.Dan yang lebih membuat kami menangis dan miris ketika kami menyampaikan kabar duka kepada Lina anak Bu Lilis satu-satu nya.Lina menangis menjerit tak percaya orang tua satu-satunya telah meninggal dunia.Dia menyesal karena tidak bisa pulang karena baru bekerja 6 bulan.Dia sedih tidak dapat mengantar Bu Lilis ke peraduan terakhirnya.Dia juga bingung bagaimana nasib Nia selanjutnya,siapa yang akan menjaganya?.

Setelah kepergian Bu Lilis,Nia dijemput Andi untuk tinggal bersamanya.Sebenarnya Lina tidak setuju dan Nia juga tidak mau.Tapi mau bagaimana lagi Nia tidak punya siapa-siapa lagi.Sebenarnya Lina sudah menitipkan Nia pada kami karena Lina lebih percaya pada kami,tapi Andi tetap memaksa karena dia lebih berhak merawat Nia daripada kami.Kamipu tidak bisa berbuat apa-apa.Andi tetap mengambil paksa walaupun Nia menangis meraung raung dan meronta-ronta memanggil nama kami.

Seminggu sudah Nia meninggalkan kami.Rindu rasanya.Rumah ini jadi sepi tidak ada lagi suara nyanyian,candaan dan celotehan lucunya.Setiap malam aku masih terus menangisinya,memikirkannya.Dikepalaku selalu penuh tanda tanya,bagaimana kabarnya?sehatkah dia?sudah makan kah dia?apakah Ayah dan Ibu tirinya menyayanginya?pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul di kepalaku.

Karena saking rindunya hari ini kami ke rumah Andi untuk menengok Nia.Kami membawakan donat coklat kesukaanya.Nia sangat senang dengan kedatangan kami.Dia memeluk dan mencium kami satu persatu.Kelihatanya dia juga sangat merindukan kami.Dia langsung memakan lahap donat-donat itu.Sambil duduk dipangkuanku dan sesekali menatap wajahku.

"Tante Andin ke sini mau jemput Nia ya?"tanya Nia dengan polos nya.

"Tante,om dan kak Angga datang untuk menengok Nia,bukan menjemput Nia,kita semua kangen Nia,Nia kan disini sudah sama Ayah dan Bunda masak dijemput sih"kataku sambil membelai rambutnya.
    
"Nia ngak mau di sini...hu hu hu Nia maunya pulang sama Tante dan Kak Angga"kata Nia sambil menangis.

"Nia sayang...kalau Nia ikut Tante nanti gimana dengan Ayah Nia,Pasti Ayah Nia sedih".kataku lembut.

"Ngak mau...pokoknya ikut tante hu hu hu"kata Nia sambil terus menangis.

"Maaf Bu...Pak...misal Nia mau ikut Bapak,Ibu pulang kami mengijinkan,Demi kebaikan Nia.Disini Nia terus menangis memanggil nama kalian,nama Ibunya dan neneknya.Selama seminggu ini Nia tidak nafsu makan dan minum.Hari ini saja dia baru makan donat dari Ibu,minum susu pun susah.Makan dan Minumnya harus benar-benar dibujuk,kalaupun mau hanya sedikit sekali.Beberapa hari yang lalu Dia sempat dehidrasi dan harus opname,Badannya sampai kurus dan wajahnya pucat.Kalau tidak keberatan bolehkan Nia tinggal dengan kalian?Kemarin saya sempat komunikasi dengan Lina,Lina menyuruh saya untuk mengantar Nia kerumah Bu Andin,kata Lina demi kebaikan Nia,Belum sempat kami mengantar teryata kalian sudah datang duluan."Kata Andi.

"Oh boleh...boleh dengan senang hati,kami sangat senang Nia tinggal dengan kami,Mas Andi ngak usah kuatir kami akan menjaga,merawat dan menyayangi Nia.Nia sudah saya anggap anak sendiri."kataku antusias.

"Terimakasih Bu Andin,Pak Dani,kami akan sering menengok Nia."kata Andi.

"Sama-sama....Ayo Nia siap-siap jadi ikut Tante Andin pulang ngak?"kataku sambil tersenyum.

"Yeyyy asyik ikut Tante pulang"kata Nia sambil melompat riang.

Aku sangat senang akhirnya Nia tinggal dengan kami.Rumah ini kembali hidup semenjak dia di sini.Meskipun pada akhirnya Andi jarang datang menjenguknya tapi aku tak perduli.Kami rasa kasih sayang yang kami berikan sudah lebih dari cukup untuknya.Kami rasa Nia sangat bahagia dan ceria.Tumbuh kembangnya bagus dan badan nya juga mulai berisi.Walaupun Nia bukan darah daging kami tapi kami sangat menyayanginya.Kami akan selalu menjaga bidadari kecil ini,walaupun kami tahu suatu saat Lina dan Andi akan mengambilnya. 


    
  Penulis:Etik Noviana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA TERLARANG

SANG PETANI

AKU INGIN BERUBAH