KEMUNING
Matahari terbit di ufuk timur, sinar yang kuning keemasan bak lukisan cakrawala yang indah. Hamparan pohon teh yang hijau laksana hamparan permadani ciptaan Tuhan. Pemandangan ini sudah sepekan aku nikmati, sudah sepekan pula aku bertugas sebagai dokter di desa ini (sebuah desa di puncak Bogor) dan perkenalkan juga namaku Abiyan Asmaradanta. Penduduk desa disini memanggil aku akang dokter, mungkin karena usia ku yang masih muda. Aku betah tinggal di desa ini karena penduduknya yang ramah, selain itu udara disini masih segar tanpa polusi.hari ini ada penduduk desa yang bernama mang Ujang datang meminta tolong,majikan beliau sakit katanya,dan beliau menyuruh ku kerumah majikanya yang bernama Pak Karim,tanpa berpikir panjang aku buru-buru mengendarai mobil agak sedikit kencang, karena ada pasien yang harus aku tolong,ku ikuti motor Mang Ujang dari belakang karena aku belun tau rumah Pak Karim. Karena di desa belum ada ambulans maka mobil ku untuk sementara waktu aku gunakan untuk antar jemput pasien.
Akhirnya sampai juga aku dirumah mewah ini ,rumah terbesar di kampung ini, kata penduduk sini pemilik rumah ini adalah Pak Karim sang juragan teh. Aku buru-buru masuk, aku kaget ternyata Pak Karim sesak nafas. Beliau butuh oksigen karena asma yang ia derita kambuh, aku segera meminta tolong Mang Ujang untuk membantuku memapah Pak Karim menuju ke dalam mobil (untung aku tadi bawa mobil pikir ku). Tetapi belum sempat aku memacu mobil, tiba-tiba ada gadis yang berteriak memanggil Pak Karim.tetapi setelah tau Pak Karim didalam mobil gadis itu meminta Pak Karim untuk turun dan melarang papanya naik mobilku,gadis itu meminta Mang Ujang saja yang mengantarkan papanya naik motor,tapi Mang Ujang menjelaskan kalau ayahnya tidak kuat naik motor karena sesak napas ,Gadis itu langsung lari ketakutan masuk kedalam rumah "siapa gadis itu? pikir ku, mungkinkah itu putri Pak Karim? kalau iya kenapa gadis itu tidak ikut mengantar ayahnya kerumah sakit? ah ... sudahlah, aku tak perlu memikirkan gadis itu".
Sudah 3 hari Pak Karim dirawat dirumah sakit dan beliau meminta tolong aku untuk menjemputnya. Didalam mobil aku beranikan diri bertanya kepada Pak Karim
"Maaf pak saya ingin bertanya: siapa gadis yang kemarin ada dirumah bapak,kok tampak ketakutan melihat saya,mungkin karena belum pernah melihat saya dikiranya saya akan menyakiti bapak."
"Dia putri ku, dia putriku satu-satunya jawab Pak Karim, namanya Kemuning."
"Tapi maaf nak dokter jangan salah paham ...Kemuning bukan tidak suka dengan nak dokter tapi Kemuning melarang saya naik mobil nak dokter,dia hanya takut saya kenapa-napa".
"Tapi kenapa bisa begitu, pak? (tanyaku penasaran)."
"Dia trauma, nak dokter. Trauma itu disebabkan kecelakaan mobil 20 tahun yang lalu."
"Dulu kami tinggal di Jakarta, ketika itu Kemuning dan ibunya hendak berbelanja diantar oleh sopir. Tapi kecelakaan maut merenggut nyawa istri saya dan Pak Jamal sopir kami, Kemuning sendiri yang selamat. Tapi sejak peristiwa itu, putriku jadi trauma,dia tidak mau naik mobil bahkan sampai melarang saya naik mobil,katanya dia tidak mau saya kecelakaan dan meninggalkan dia seorang diri,dia sampai ketakutan kalau saya paksa naik mobil.berbagai usaha sudah saya lakukan untuk menyembuhkan rasa trauma Kemuning, mulai dari medis maupun non medis, tapi tetap saja hasilnya nol. Dan akhirnya aku putuskan untuk pindah ke kampung ini. Aku tak ingin putriku terus-menerus dihinggapi rasa takut, dan di kampung ini dia merasa lebih tenang. Dia tak aku bolehkan keluar rumah, bukan berarti aku egois, nak dokter? tapi karena aku tak ingin dia diejek oleh warga sini yang mengira kalau anakku gila,karena setiap melihat mobil dia selalu ketakutan. Aku hanya ingin anakku sembuh, nak dokter? tolong bapak ya ...? nak dokter kan seorang dokter pasti punya kenalan dokter yang cocok untuk Kemuning,atau malah nak dokter pernah punya pasien yang kondisinya sama seperti Kemuning."
"Insyaallah ... pak? saya akan berusaha menolong anak bapak sebisa mungkin."
Akhirnya sampai juga dirumah Pak Karim dan benar apa yang dikatakan Pak Karim,putrinya langsung menyambutnya dan memeluknya erat sambil menangis histeris. Akupun langsung berusaha menenangkannya, untung saja aku punya sedikit pengalaman menenangkan pasien dari temanku sesama dokter. Kemuning sedikit demi sedikit mulai tenang, dan dia juga mulai bisa diajak komunikasi. Nampaknya juga ia bisa menerima kehadiran ku, ia senang karena selama ini ia tidak punya teman. Sebenarnya dia juga senang bercerita asalkan aku memulainya terlebih dahulu. Pak Karim tampak senang melihat perkenalanku dengan anaknya, dan menyuruhku untuk sering-sering datang ke rumahnya,untuk menghilangkan rasa trauma Kemuning.dan aku hanya menghiyakan saja.
Hari ini aku mengajak Kemuning keluar rumah untuk jalan-jalan berkeliling desa naik mobil sambil melihat keindahan kebun teh,awalnya Kemuning menolak,tetapi karena aku terus memaksanya akhinya dia mau juga,ketika didalam mobil Kemuning mulai ketakutan sambil menutup kedua matanya dengan kedua tangannya, akupun berusaha menenangkan dia dan Kemuning mulai bisa mengontrol rasa takutnya. Hari berikutnya ia aku ajak jalan-jalan ke kota,mulanya ia menolak karena rasa takut akan kecelakaan seperti 20 tahun yang lalu, tapi dengan sabar aku mengatakan
"Mengapa kamu selalu ketakutan seperti ini, kalau kamu tak mencoba, selamanya kamu akan dihantui rasa trauma, cobalah Kemuning ... aku akan menjaga mu,percayalah padaku."
Akhirnya Kemuning mau juga ku ajak ke kota, sesampainya di kota,Kemuning lagi-lagi menutup matanya dan mulai cemas melihat mobil yang banyak dan mendengar suara bising klakson mobil, ia mulai ketakutan dan meminta turun mobil.aku berusaha menenangkan nya dan berkata
"Kemuning dengarkan aku, kalau kamu terus begini kamu tak akan sembuh? lawan rasa takut kamu itu."
"Kang dokter ... kamu bisa bicara begitu karena kamu tak pernah merasakannya."
"Aku pernah Kemuning ... aku pernah merasakan kehilangan seperti yang kau rasakan, adikku Nabila terkena demam berdarah dan berhari -hari dirawat dirumah sakit.dan setiap hari pula aku harus bolak balik kerumah sakit,tapi apa yang terjadi adikku masuk ICU dan nyawanya tidak tertolong, Betapa hancur hati ku dan ke 2 orang tuaku, kami harus kehilangan Nabila,setrauma apa aku ketika melihat rumah sakit, apa lagi ketika mendengar bunyi alat-alat diruang ICU. Dengar Kemuning ... itulah ceritaku dan aku bisa bangkit tidak terpuruk seperti kamu,aku taklukkan rasa traumaku, aku ingin tidak ada lagi Nabila-Nabila yang lain, untuk itu aku jadi dokter. Aku berusaha berjuang mati-matian agar bisa masuk sekolah kedokteran hanya demi Nabila adikku, aku lawan rasa trauma ku ketika masuk rumah sakit melihat orang-orang sekarat,hanya demi menjadi seorang dokter, Berusahalah kamu Kemuning ... jadilah seperti aku, bangkitlah Kemuning ... lawan rasa takut kamu!"." Maafkan Kemuning kang dokter telah membuatmu sedih."
"Kemuning janji akan melawan rasa rasa takut ini."
Akhirnya sejak dari kota itu Kemuning mulai bisa menguasai diri,sedikit demi sedikit ia tidak takut lagi naik mobil dan bahkan sering mengajak aku pergi naik mobil walaupun cuma keliling desa dan belum berani ke kota,tapi aku percaya suatu saat kemuning pasti berani ke kota,semua butuh proses,pak Karim sangat senang melihat perubahan puterinya.apa lagi hari demi hari aku dan puterinya semakin akrab saja,dan pak Karim berniat menjodohkanku dengan Kemuning,tapi aku menolaknya secara halus karena aku sudah menganggap Kemuning seperti adikku sendiri,setiap aku menatap mata Kemuning ada mata Nabila disana.
Yogyakarta, 14 Maret 2013
penulis: Etik Noviana
Akhirnya sampai juga aku dirumah mewah ini ,rumah terbesar di kampung ini, kata penduduk sini pemilik rumah ini adalah Pak Karim sang juragan teh. Aku buru-buru masuk, aku kaget ternyata Pak Karim sesak nafas. Beliau butuh oksigen karena asma yang ia derita kambuh, aku segera meminta tolong Mang Ujang untuk membantuku memapah Pak Karim menuju ke dalam mobil (untung aku tadi bawa mobil pikir ku). Tetapi belum sempat aku memacu mobil, tiba-tiba ada gadis yang berteriak memanggil Pak Karim.tetapi setelah tau Pak Karim didalam mobil gadis itu meminta Pak Karim untuk turun dan melarang papanya naik mobilku,gadis itu meminta Mang Ujang saja yang mengantarkan papanya naik motor,tapi Mang Ujang menjelaskan kalau ayahnya tidak kuat naik motor karena sesak napas ,Gadis itu langsung lari ketakutan masuk kedalam rumah "siapa gadis itu? pikir ku, mungkinkah itu putri Pak Karim? kalau iya kenapa gadis itu tidak ikut mengantar ayahnya kerumah sakit? ah ... sudahlah, aku tak perlu memikirkan gadis itu".
Sudah 3 hari Pak Karim dirawat dirumah sakit dan beliau meminta tolong aku untuk menjemputnya. Didalam mobil aku beranikan diri bertanya kepada Pak Karim
"Maaf pak saya ingin bertanya: siapa gadis yang kemarin ada dirumah bapak,kok tampak ketakutan melihat saya,mungkin karena belum pernah melihat saya dikiranya saya akan menyakiti bapak."
"Dia putri ku, dia putriku satu-satunya jawab Pak Karim, namanya Kemuning."
"Tapi maaf nak dokter jangan salah paham ...Kemuning bukan tidak suka dengan nak dokter tapi Kemuning melarang saya naik mobil nak dokter,dia hanya takut saya kenapa-napa".
"Tapi kenapa bisa begitu, pak? (tanyaku penasaran)."
"Dia trauma, nak dokter. Trauma itu disebabkan kecelakaan mobil 20 tahun yang lalu."
"Dulu kami tinggal di Jakarta, ketika itu Kemuning dan ibunya hendak berbelanja diantar oleh sopir. Tapi kecelakaan maut merenggut nyawa istri saya dan Pak Jamal sopir kami, Kemuning sendiri yang selamat. Tapi sejak peristiwa itu, putriku jadi trauma,dia tidak mau naik mobil bahkan sampai melarang saya naik mobil,katanya dia tidak mau saya kecelakaan dan meninggalkan dia seorang diri,dia sampai ketakutan kalau saya paksa naik mobil.berbagai usaha sudah saya lakukan untuk menyembuhkan rasa trauma Kemuning, mulai dari medis maupun non medis, tapi tetap saja hasilnya nol. Dan akhirnya aku putuskan untuk pindah ke kampung ini. Aku tak ingin putriku terus-menerus dihinggapi rasa takut, dan di kampung ini dia merasa lebih tenang. Dia tak aku bolehkan keluar rumah, bukan berarti aku egois, nak dokter? tapi karena aku tak ingin dia diejek oleh warga sini yang mengira kalau anakku gila,karena setiap melihat mobil dia selalu ketakutan. Aku hanya ingin anakku sembuh, nak dokter? tolong bapak ya ...? nak dokter kan seorang dokter pasti punya kenalan dokter yang cocok untuk Kemuning,atau malah nak dokter pernah punya pasien yang kondisinya sama seperti Kemuning."
"Insyaallah ... pak? saya akan berusaha menolong anak bapak sebisa mungkin."
Akhirnya sampai juga dirumah Pak Karim dan benar apa yang dikatakan Pak Karim,putrinya langsung menyambutnya dan memeluknya erat sambil menangis histeris. Akupun langsung berusaha menenangkannya, untung saja aku punya sedikit pengalaman menenangkan pasien dari temanku sesama dokter. Kemuning sedikit demi sedikit mulai tenang, dan dia juga mulai bisa diajak komunikasi. Nampaknya juga ia bisa menerima kehadiran ku, ia senang karena selama ini ia tidak punya teman. Sebenarnya dia juga senang bercerita asalkan aku memulainya terlebih dahulu. Pak Karim tampak senang melihat perkenalanku dengan anaknya, dan menyuruhku untuk sering-sering datang ke rumahnya,untuk menghilangkan rasa trauma Kemuning.dan aku hanya menghiyakan saja.
Hari ini aku mengajak Kemuning keluar rumah untuk jalan-jalan berkeliling desa naik mobil sambil melihat keindahan kebun teh,awalnya Kemuning menolak,tetapi karena aku terus memaksanya akhinya dia mau juga,ketika didalam mobil Kemuning mulai ketakutan sambil menutup kedua matanya dengan kedua tangannya, akupun berusaha menenangkan dia dan Kemuning mulai bisa mengontrol rasa takutnya. Hari berikutnya ia aku ajak jalan-jalan ke kota,mulanya ia menolak karena rasa takut akan kecelakaan seperti 20 tahun yang lalu, tapi dengan sabar aku mengatakan
"Mengapa kamu selalu ketakutan seperti ini, kalau kamu tak mencoba, selamanya kamu akan dihantui rasa trauma, cobalah Kemuning ... aku akan menjaga mu,percayalah padaku."
Akhirnya Kemuning mau juga ku ajak ke kota, sesampainya di kota,Kemuning lagi-lagi menutup matanya dan mulai cemas melihat mobil yang banyak dan mendengar suara bising klakson mobil, ia mulai ketakutan dan meminta turun mobil.aku berusaha menenangkan nya dan berkata
"Kemuning dengarkan aku, kalau kamu terus begini kamu tak akan sembuh? lawan rasa takut kamu itu."
"Kang dokter ... kamu bisa bicara begitu karena kamu tak pernah merasakannya."
"Aku pernah Kemuning ... aku pernah merasakan kehilangan seperti yang kau rasakan, adikku Nabila terkena demam berdarah dan berhari -hari dirawat dirumah sakit.dan setiap hari pula aku harus bolak balik kerumah sakit,tapi apa yang terjadi adikku masuk ICU dan nyawanya tidak tertolong, Betapa hancur hati ku dan ke 2 orang tuaku, kami harus kehilangan Nabila,setrauma apa aku ketika melihat rumah sakit, apa lagi ketika mendengar bunyi alat-alat diruang ICU. Dengar Kemuning ... itulah ceritaku dan aku bisa bangkit tidak terpuruk seperti kamu,aku taklukkan rasa traumaku, aku ingin tidak ada lagi Nabila-Nabila yang lain, untuk itu aku jadi dokter. Aku berusaha berjuang mati-matian agar bisa masuk sekolah kedokteran hanya demi Nabila adikku, aku lawan rasa trauma ku ketika masuk rumah sakit melihat orang-orang sekarat,hanya demi menjadi seorang dokter, Berusahalah kamu Kemuning ... jadilah seperti aku, bangkitlah Kemuning ... lawan rasa takut kamu!"." Maafkan Kemuning kang dokter telah membuatmu sedih."
"Kemuning janji akan melawan rasa rasa takut ini."
Akhirnya sejak dari kota itu Kemuning mulai bisa menguasai diri,sedikit demi sedikit ia tidak takut lagi naik mobil dan bahkan sering mengajak aku pergi naik mobil walaupun cuma keliling desa dan belum berani ke kota,tapi aku percaya suatu saat kemuning pasti berani ke kota,semua butuh proses,pak Karim sangat senang melihat perubahan puterinya.apa lagi hari demi hari aku dan puterinya semakin akrab saja,dan pak Karim berniat menjodohkanku dengan Kemuning,tapi aku menolaknya secara halus karena aku sudah menganggap Kemuning seperti adikku sendiri,setiap aku menatap mata Kemuning ada mata Nabila disana.
Yogyakarta, 14 Maret 2013
penulis: Etik Noviana
Komentar
Posting Komentar