MASIHKAH KAU MENCINTAIKU
Aku sangat merindukan kamu, bagaikan malam yang merindukan
bulan, aku sangat membutuhkan dirimu, bagaikan tanaman yang membutuhkan
hujan, sepi rasanya hidupku tanpa dirimu, padahal baru seminggu kau
meninggalkanku, ada sejuta rindu menumpuk di kalbu, harusnya aku mendukung
kamu, kau pergi mengejar cita-cita kamu, mungkin karena kita pengantin baru
seminggu rasanya kayak 8 tahun, ingin aku putar waktu agar segera bertemu
denganmu, Ah... Mas Damar kangen rasanya, apakah kau juga merindukan aku?
Pagi ini rasanya aku tak bersemangat untuk pergi
bekerja, badan terasa meriang, mungkin karena semalam kurang tidur badan jadi
meriang tapi karena tuntutan pekerjaan aku harus siap untuk mengajar, Ya... aku
adalah seorang guru sekolah dasar nama ku Rahayu nama panggilanku Ayu, sudah 5
tahun aku menjadi guru, senang rasanya karena aku suka anak-anak, makanya setelah
menikah aku ingin segera punya anak tapi mungkin aku harus bersabar menunggu Mas Damar pulang 6 bulan lagi.
Ku melangkahkan kaki menuju garasi untuk mengambil motor
kesayanganku tapi belum sampai garasi, ibu mertua aku menghampiri, ibu melarang
aku bekerja, kata ibu aku terlihat pucat, sebaiknya istirahat dirumah tapi aku
berusaha meyakinkan ibu kalau keadaan aku baik-baik saja, ibu mengijinkan aku
bekerja tetapi harus diantar sopir, tapi aku tak mau aku memilih pakai sepeda
motor karena tak mau terjebak macet, akhirnya ibu mengalah juga dan mengijinkan
aku bekerja, aku tau ibu mungkin cemas melihat kondisi aku seperti ini dan ibu
ingin yang terbaik bagiku, dan aku bahagia sekali mempunyai mertua yang sayang
dan perhatian terhadap menantunya.
Motorku aku laju dengan pelan-pelan, jalanan yang macet
membuat badan ku terasa makin tak enak tapi aku harus kuat sampai
sekolah, akhirnya motorku aku jalankan dengan kencang supaya cepat sampai
tujuan, belum sampai sepuluh menit tiba-tiba ada motor lain yang lebih kencang
dari arah berlawanan dan tiba-tiba gelap... dan bangun-bangun aku sudah berada
dirumah sakit.
"Kakak Rahayu sudah sadar kakak..., kata Rita adik
iparku"
"Rita... kenapa dengan kakiku sebelah kiri, kenapa sulit
digerakkan, tolong bantu aku duduk, aku ingin melihat kakiku, kataku
memaksa".
"Kakak yang sabar ya...? kakinya kakak sebelah kiri
terpaksa di amputasi karena kecelakaan tadi pagi, kata Rita sambil
menangis".
"Tidak..., Rita? aku tak mau cacat. Ya... Allah, kenapa
cobaan ini begitu berat, aku tak kuat ya... Allah".
Walau berat hati kuterima cobaan ini, aku berusaha
ikhlas, kemana-mana aku harus selalu pakai kursi roda karena aku takut untuk
berjalan, aku juga takut memberi tahu Mas Damar tentang musibah yang menimpa aku, aku
takut mengganggu konsentrasi dia, dan setiap Mas Damar menelpon aku selalu berusaha
ceria dan bercanda dengannya seolah-olah tak terjadi apa-apa. Maafkan aku Mas Damar, aku terpaksa membohongi dirimu.
Sudah jatuh tertimpa tangga, ya... pepatah itulah yang sedang
aku alami.Sudah cacat, sekarang ibu juga sudah berubah, ibu tak lagi menyayangi
aku, bahkan ibu malu punya menantu cacat seperti aku, ya... Allah kuatkanlah
diriku untuk menjalani hari-hari aku, tapi aku juga harusnya bersyukur Rita
masih menyayangi diriku, bahkan Rita yang selalu menyemangati aku ketika aku
terpuruk, tapi bagaimana dengan Mas Damar masih kah dia mencintai ku dengan kondisi
aku seperti ini?
Dan kini 6 bulan telah berlalu, tibalah hari yang aku
tunggu-tunggu, Mas Damar akan pulang. Senang rasanya tapi jujur ada perasaan
takut, aku belum siap bertemu Mas Damar dengan keadaan ku yang sekarang, tidakkah Mas Damar akan malu punya istri cacat seperti aku? Tidakkah Mas Damar akan pergi
meninggalkanku, Ya... Allah mengapa aku selalu berprasangka buruk?
"Rahayu..., Aku
pulang..sayang? Dimana kamu kata Mas Damar sambil terus mencari ku".
Akhirnya aku beranikan diri keluar kamar, untuk bertemu
dengan Mas Damar, betapa terkejut nya Mas Damar melihat kondisi aku, dan Mas Damar memeluk aku
sambil menangis.
"Mas..., kini Mas Damar sudah tau kondisi aku seperti
ini? Mas boleh menceraikan aku, aku tak pantas buat Mas Damar, Mas akan malu punya
istri cacat seperti aku".
"Ayu..., Mas mencintaimu bukan karena fisik kamu, Mas
cinta karena hatimu. Kita kenal bukan sehari dua hari, kita kenal sudah 3 tahun
dan aku sangat mencintaimu, Mas tak akan menceraikan kamu, kata Mas Damar".
"Tapi, mas...? apakah Mas akan tetap mencintai aku, fisik
aku tak sempurna seperti dulu kataku".
"Mas, akan tetap mencintaimu, apapun keadaanmu, aku akan
mencintaimu apa adanya".
Akhirnya Mas Damar membuktikan ucapannya, kini 2 tahun kami
lalui. Mas Damar tetap mencintai aku, hingga lahirlah buah cinta kami Debian
putra kebanggaan kami. Bahkan kasih sayang Mas Damar semakin hari semakin
bertambah untuk kami dan semenjak kelahiran Debian sedikit demi sedikit ibu
mulai mau menerima keadaan aku, terimakasih ya... Allah semoga Mas Damar akan
tetap mencintai aku dari kini, sampai nanti, hingga aku layu dan hingga ujung
waktu.
Yogyakarta, 31 Maret 2013
penulis: Etik Noviana
Komentar
Posting Komentar