JOGYA IN MEMORY
Akhirnya sampai juga aku di kota ini, kota yang punya seribu cerita, kota yang penuh kenangan romantis, kota yang sudah lima tahun aku tak menginjaknya.kota yang selalu mengingatkan kisah cintaku dengan Sekar, kisah cinta yang tak berakhir bahagia, kisah cinta yang harus berakhir demi orang tua. Ah ..., rasanya sudah tak sabar aku ingin melihatnya, wajah Sekar yang ayu rupawan, hanya sekedar ingin melihatnya. Ada setumpuk rindu menyesak di dada, mungkin dengan melihat paras ayu nya rasa rindu ini sedikit terobati.
Aku melangkahkan kaki menelusuri setiap sudut kawasan Malioboro, semakin aku telusuri semakin aku tak menemukannya.
"Di manakah dia? masihkah dia tinggal di kota ini? (kataku dalam hati)".
Aku melangkahkan kaki menelusuri setiap sudut kawasan Malioboro, semakin aku telusuri semakin aku tak menemukannya.
"Di manakah dia? masihkah dia tinggal di kota ini? (kataku dalam hati)".
Ku lanjutkan langkah aku menelusuri jalan kenangan ini, aku masih teringat betul dulu aku dan Sekar sering sekali menyelusuri jalan ini, aku masih ingat betul selain Malioboro ada satu tempat favorit kami, yaitu pantai Parangtritis, dulu aku dan Sekar sering sekali menikmati senja di pantai itu. Ah ..., rasanya aku ingin menelusuri pantai itu juga.
"Sekar ... Sekar, di manakah kamu? ".
Sudah lelah kaki ini melangkah, tapi tak kunjung aku menemukan mu, aku putuskan untuk masuk ke dalam pasar Beringharjo, harapan ku engkau ada disana, akhirnya aku menemukanmu juga. Dibalik kerumunan orang, Sekar masih sama seperti dulu,masih demgan wajah ayu rupawan,dia juga masih berjualan batik di pasar Beringharjo,ya ... Tuhan betapa bodohnya aku, kenapa aku sampai lupa kalau Sekar selain berjualan di emper Malioboro dia juga sering jualan didalam pasar Beringharjo.
Aku melihat Sekar dari kejauhan, Sekar tampak ayu dengan batik warna abu, tampaknya Sekar sedang mengandung.perutnya nampak sedikit membuncit dan badannya tampak berisi.aku menghela napas panjang sambil berkata lirih "akhirnya kamu menikah sekar,dan sejak kapan kamu menikah,lelaki mana yang telah menggantikan posisiku".
Ada perasaan menyesal mengapa aku tak bisa memiliki kamu, dulu aku terlalu pengecut dan mudah menyerah, aku tak bisa mempejuangkan cinta kita,aku terlalu gampang menyerah,seharusnya dulu aku buktikan kepada kedua orang tuaku kalau kamu wanita terbaik untukku dan kamu layak jadi ibu dari anak-anakku.memang dasar aku lelaki bodah,dan pada akhirnya setelah bertahun tahun teryata hatiku tak sanggup berpaling darimu Sekar.
"Sekar ... Sekar, di manakah kamu? ".
Sudah lelah kaki ini melangkah, tapi tak kunjung aku menemukan mu, aku putuskan untuk masuk ke dalam pasar Beringharjo, harapan ku engkau ada disana, akhirnya aku menemukanmu juga. Dibalik kerumunan orang, Sekar masih sama seperti dulu,masih demgan wajah ayu rupawan,dia juga masih berjualan batik di pasar Beringharjo,ya ... Tuhan betapa bodohnya aku, kenapa aku sampai lupa kalau Sekar selain berjualan di emper Malioboro dia juga sering jualan didalam pasar Beringharjo.
Aku melihat Sekar dari kejauhan, Sekar tampak ayu dengan batik warna abu, tampaknya Sekar sedang mengandung.perutnya nampak sedikit membuncit dan badannya tampak berisi.aku menghela napas panjang sambil berkata lirih "akhirnya kamu menikah sekar,dan sejak kapan kamu menikah,lelaki mana yang telah menggantikan posisiku".
Ada perasaan menyesal mengapa aku tak bisa memiliki kamu, dulu aku terlalu pengecut dan mudah menyerah, aku tak bisa mempejuangkan cinta kita,aku terlalu gampang menyerah,seharusnya dulu aku buktikan kepada kedua orang tuaku kalau kamu wanita terbaik untukku dan kamu layak jadi ibu dari anak-anakku.memang dasar aku lelaki bodah,dan pada akhirnya setelah bertahun tahun teryata hatiku tak sanggup berpaling darimu Sekar.
Aku masih melihat mu Sekar, aku tak berani mendekati mu, bahkan hanya untuk sekedar menyapamu, aku tak mampu. Aku takut kalau kamu masih membenci diriku, kamu akan lari menjauh dariku,aku hanya bisa berdiri sambil mengingat kenangan bersamamu,ingatanku kembali kemasa lalu,kenangan pertama kali kita bertemu. Perkenalan kita begitu singkat, aku ingat betul waktu itu libur semesteran,aku yang seorang mahasiswa mau mudik kekampung halaman dan berjalan jalan ke malioboro u ketika itu aku membeli kain batik dari kamu Sekar, untuk oleh-oleh ibu di lampung,keluargaku sangat senang menerima oleh-oleh dariku dari situ juga aku jadi sering membeli baju, kaos dan bahkan belangkon dari kamu. Karena seringnya kita bertemu benih-benih cinta tumbuh di hatiku dan hatimu, akhirnya kita berpacaran. Dua tahun kita menjalin asmara, aku begitu mencintaimu karena kau lain dengan gadis-gadis seusia kamu, bahkan kau lain dengan mantan pacar-pacar aku yang rata-rata senang berfoya-foya. Kau begitu sederhana dan apa adanya, sehingga aku (Rian) sang mahasiswa asal lampung begitu bertekuk lutut padamu.
Kita serius menjalin hubungan kita, setelah lulus kuliah aku ingin menikahi kamu, tapi impian itu tak bisa terwujud. Ibuku memaksa aku untuk pulang kampung dan bekerja disana, aku tak dapat menolak permintaan itu, karena aku tak tega ibu sendirian disana setelah ayah meninggal. Sebetulnya aku tak ingin berpisah denganmu Sekar, aku ingin tetap berada di kota ini tapi kau kasih nasehat aku supaya berbakti pada ibu. Akhirnya aku meninggalkan kamu Sekar (berat rasanya), harus berpisah jarak dan waktu denganmu. Selama 6 bulan kesetiaan kita diuji, setiap saat setiap waktu aku menelpon kamu untuk melepas rindu. Tapi akhirnya aku menyerah juga dengan takdir, ibuku mencarikan jodoh aku dengan anak teman dekatnya (Rara). Aku sebetulnya menolaknya dan ingin memperkenalkan kamu menjadi calon menantunya, tapi ibu tak setuju dan tetap berkeras hati mencarikan jodoh aku. Aku tak bisa menolak permintaan ibu karena ibu sakit jantung, aku tak mau kehilangan beliau.
Sekar kala itu kau begitu sedih mendengar kabar aku akan menikah, kau begitu hancur, kau begitu terpukul. Waktu ditelepon kita sama-sama menangis meratapi nasib, tapi mau bagai mana lagi demi orang tua akhirnya kita mengalah juga. Sejak hari pernikahan aku, kau mengganti nomor handphone kamu, kau tak bisa lagi aku hubungi. Betapa hancur hatiku Sekar. Tak bisa lagi mendengar suara kamu tapi aku harus sadar diri, aku tak boleh terlalu memikirkan kamu, aku harus berusaha mencintai Rara istriku.
Aku melangkahkan kakiku meninggalkan kamu, kau masih saja sibuk dengan barang dagangan kamu, kau bahkan tak melihat aku Sekar, tapi biarlah toh semua hanya masa lalu, sekar namamu akan selalu tersimpan di memory aku, begitu pula dengan kota ini, kota jogja dengan segala keramahannya.
Yogyakarta, 26 Maret 2013
penulis: Etik Noviana
Komentar
Posting Komentar